Friday, May 19, 2017

Ekspedisi Ajatappareng I

Kabupaten Sidenreng Rappang, memiliki sejarah yang panjang. Juga memiliki beberapa situs sejarah serta kerajinan tradisional. Kegiatan jelajah sejarah dan budaya ini diberi tajuk Ekspedisi Ajatappareng I. Berlangsung tanggal 9-10 Januari 2010.
Start dari kediaman masing-masing, berkumpul didepan Saoraja Maseppe. Kemudian menuju tempat penempaan besi Massepe.

Soraja Massepe

Massepe adalah wilayah sentra pengelolaan besi sejak dahulu kala. Masyarakat Massepe umumnya bergerak dibidang ini. Ada yang menempa besi, ada yang pengrajin hulu dan gagang. Ada pula yang mendistribusikan keberbagai daerah di Sulawesi selatan. Bahkan antar pulau. Jenis produksi beragam. Mulai dari parang, pisau, kapak, dan berbagai kebutuhan rumah tangga.
Seorang pandai besi di Massepe
Proses pembuatan gagang pisau

Dari Massepe menuju desa Lise. Desa ini terkenal dengan istilah "Mabbicara tau lise" yang kira kira artinya berkata dengan benar apa adanya. Di desa Lise, rombongan yang terdiri dari beberapa mahasiswa ini berkunjung kerumah tetua masyarakat Lise, yaitu H. Syamsuddin. 
Beliau memiliki berbagai koleksi lontara. Mulai silsilah hingga pananrang.

H.Syamsuddin, Narasumber kami di desa Lise
Dari desa Lise, kami kembali ke Massepe dan menginap disana. Keesokannya rombongan bergerak menuju Allakuang. Di Allakuang, ada beberapa hal menarik. Pertama, sumur tua. Sumur yang dipercaya sebagai sumur Nene Mallomo, tokoh cendekiawan Sidenreng di masa lalu. Kedua, mesjid tua. Yaitu mesjid yang pertama kali dibangun ketika raja dan rakyat Sidenreng menerima Islam. Kira kira awal abad ke-17. Ketiga beberapa nisan kuno, yaitu raja, ulama dan keluarga raja yang dimakamkan sekitar mesjid tua. Keempat, kerajinan batu dari tambang batu didekatnya. Batu tersebut digunakan untuk membuat cobekan, batu fondasi penyangga rumah, batu nisan dan sebagainya
Tambang batu di bulu Allakuang. 

Rombongan berpose di depan mesjid tua Allakuang

Setelah mengunjungi mesjid tua Allakuang dan berziarah di beberapa makam di sekitarnya, rombongan jelajah sejarah dan budaya pun kembali ke rumah masing masing.




Thursday, May 18, 2017

Jelajah Situs (I)


Kamis, 18 Maret 2017
Start dari Klinik Kopi, Jl. Jend. Ahmad Yani Sengkang. Rombongan terdiri 7 orang. Mengendarai 6 motor. Jam 13.15 berangkat menuju Lamasewanua. Mengunjungi makam Petta Cinnotabi.


Makam Petta Cinnotabi
Besar kemungkinan, Petta Cinnotabi yang dimaksud adalah La Patiroi bin La Rajallangi Arung Cinnotabi IV. Yang merupakan ayahanda dari La Tenribali Arung Cinnotabi V sekaligus Batara Wajo I. Areal makam ini berada di Lamasewanua, Desa Tajo kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo. Di sekeliling areal makam ini nampak lebih rendah. Jadi nampak seperti sebuah bukit kecil.
Pertama ke lokasi ini ditahun 2011. Ada beberapa perubahan. Yaitu tembok bangunan sudah full. Beberapa jejak batuan ada yang hilang. Dan ada rumah rumahan kecil tempat orang bernazar.

Dari lokasi ini kemudian menuju ke Wajo wajo, desa Tosora. Wajo wajo adalah ibukota pertama kerajaan Wajo. Banyak makam tua yang belum diidentifikasi.
Adapun makam yang dikenal antara lain Arung Matoa IV La Tadampare Puangrimaggalatung, Arung Matoa V La Tenripakado to Nampe dan Arung Matoa XXX La Salewangeng to Tenrirua.
Di areal makam La Tadampare Puangrimaggalatung AMW 4
Nisan tak dikenal
Nisan tak dikenal
Dari Tosora, perjalanan dilanjutkan ke Cinnotabi. Di kompleks pemakaman Ajusipongnge, terdapat beberapa makam tua. Namun sayang semuanya tidak teridentifikasi. Namun yang menarik, ada nisan bentuk menhir
Nisan tua yang tak terindentifikasi

Nisan tua yang tidak teridentifikasi
Di kompleks pemakaman ini, rata rata makam yang tergolong baru. Perjalanan pulang lewat Paria singgah di Uraiyang minum tuak manis. Biar segar :)




Saturday, October 29, 2016

Mancing Santai


Lokasi : Perairan Siwa - Keera, Teluk Bone
Waktu : Hari Sabtu, 29 Oktober 2016

Berangkat sekitar jam 7 pagi dari Sengkang, sampai di Siwa sekitar pukul 9. Butuh waktu antara 45 menit - 1 jam untuk sampai di spot mancing

Keluar muara menuju kelaut. Tampak MenaraSuar Siwa

Perlahan menjauhi daratan

Laut tenang membuat perjalanan lebih menyenangkan

Bersantai menunggu sambaran ikan

 

Pak Ansyarih, nelayan yang selalu mengantar kami



Sebagian hasil tangkapan.


Menanti es buat perjalanan pulang

Tempatnya terlalu kecil

Sinadoro

Monday, April 4, 2016

Jangan Lupa Bahagia

Kalau bisa dipermudah, mengapa dipersulit ? 
Kalau bisa disederhanakan, mengapa diperumit ?
Kalau bisa bahagia, mengapa menderita ?
Karena bahagia itu sederhana
Kaya harta bukan jaminan bahagia
Miskin harta bukan jaminan menderita
Jangan lupa bahagia

Friday, March 25, 2016

Dari Pinggir Danau Tempe ke Danau Matano

Perjalanan kali ini mengambil titik start dari depan rumah di Sengkang, dan titik akhir di depan mesjid Al-Ihsan Soroako. Odometer menunjuk angka 50.913 km saat start. Berangkat pukul 8.15 Wita. Istirahat di Belopa untuk makan siang jam 10.10 wita dan tiba di Palopo sekitar pukul 11.30 Wita. Dari Palopo, perjalanan kembali dilanjutkan pukul 14.40 wita dan tiba di depan Mesjid Al-Ihsan Soroako sekitar pukul 18.30 wita. Odometer menunjuk angka 51.342 km saat tiba.





Sengkang - Atapange sekitar 30 km. Kondisi jalan sangat baik dan lebar. Sehingga nyaman dilalui oleh kendaraan bermotor. Dari Atapange lanjut ke TarumpakkaE, merupakan pertigaan, belok kiri ke arah Sidrap/Pare-Pare, dan terus ke arah Palopo. Kondisi jalan lumayan baik hingga di kecamatan Keera dan Pitumpanua, cenderung bergelombang. Masuk perbatasan Kabupaten Luwu, kondisi jalan kembali baik hingga Palopo. Jalur Palopo ke Tarengge' cenderung lurus. Di Tarengge adalah pertigaan. Terus ke arah Mangkutana dan masuk Sulawesi Tengah. Sedang belok kanan ke arah Malili. Dari Malili, sekitar 60km lagi jarak ke Soroako melewati Karebbe'. Mulai Karebbe' perlahan terasa tanjakan hingga ke Soroako. Kondisi jalan sangat baik dan lebar. Sehingga tikungan bisa lebih dinikmati.



Soroako adalah kota kecil dipesisir danau purba, yaitu Matano. Daerah ini dikenal karena mengandung bijih besi dan nikel dalam jumlah besar. Danau Matano termasuk salah satu dari 10 Danau terdalam didunia. Untuk ukuran Asia Tenggara, Danau Matano adalah danau yang terdalam, yang kedalamannya melewati 400 meter. Air Danau Matano sangat segar, jernih dan kebiru-biruan. Udara sangat sejuk.

Karebbe', pertigaan ke Lasusua Sulawesi Tenggara

Danau Matano


Perjalanan 
Sengkang - Soroako : 18 Maret 2016 
Soroako - Sengkang : 29 Maret 2016

Btw, jangan lupa bersyukur dan bersabar...biar tetap bahagia selalu....salam damai dan bahagia kawan

Wednesday, February 3, 2016

Sholle ke pesisir Sulbar

Lokasi : Sulawesi Barat
Waktu : 6-8 Januari 2014
Camera : Canon
Resolusi : 12 Mpx


Pantai di pesisir jalan trans Sulawesi

Pasar Topoyo - Mamuju Tengah

Mamuju - Topoyo

Jalan Trans Sulawesi : Topoyo - Pasangkayu

Jalan Trans Sulawesi : Topoyo - Pasangkayu

Jalan Trans Sulawesi : Mamuju - Topoyo

Jembatan Sungai Karama'

Rumah Adat Mamuju

Pembangunan Jembatan di Jalan Trans Sulawesi

Jalan Trans Sulawesi : Mamuju - Majene

Memancing

Ikan terbang bakar


Monday, February 1, 2016

Pulau Katindoang, Sinjai

Lokasi : Pulau Katingdoang, Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Sinjai
Waktu : 23-24 April 2011
Pocket Camera 12 Mpx

Kecamatan Pulau Sembilan terletak di Kabupaten Sinjai. Seperti namanya, terdiri dari sembilan pulau. Namun tidak sepenuhnya dihuni. Karena beberapa pulau kecil. Salah satunya sebuah pulau yang hanya ditumbuhi sebuah pohon. Beberapa pulau lain yang agak besar, ini yang dihuni. Salah satunya adalah pulau Katindoang yang kami tuju.

Banyak kisah sehubungan pulau Sembilan. Mulai dari pangkalan militer kerajaan di masa lalu. Untuk mencegat angkatan laut musuh memasuki perairan Teluk Bone, hingga kisah seorang Wali yang bermukim disana.

Indahnya pemandangan, bersihnya air laut hingga terumbu karang dapat terlihat dengan jelas. Menjadikan tempat ini sangat membahagiakan bagi mereka yang mencintai laut dan pantai. Untuk mencapai Pulau Katindoang, kita dapat berangkat dari pelabuhan Sinjai. Biasanya berangkat siang dan lama perjalanan sekitar 1-2 jam.

Suasana pelabuhan Sinjai

Muara sungai menuju laut lepas

Pelabuhan Pulau Katindoang

Suasana Sunset Pulau Katindoang

Ikan Bakar khas Sinjai. Disajikan bersama Lahaa

Pulau kecil didepan Pulau Katindoang yang tidak berpenghuni

Ibukota Kecamatan Pulau Sembilan di Pulau Sebelah

Salah satu sudut pulau Katindoang